Wednesday, November 18, 2009

KONDISI PERBANKAN DI INDONESIA






INSTITUSI PERBANKAN DI INDONESIA

Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas bank umum dan BPR. Perbedaan utama bank umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR tidak dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan kegiatan operasional yang terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut dual bank system, yaitu bank umum dapat melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Sementara prinsip kegiatan BPR dibatasi pada hanya dapat melakukan kegiatan usaha bank konvensional atau berdasarkan prinsip syariah

KONDISI PERBANKAN DI INDONESIA

Kredit Perbankan Indonesia Membaik pada 2009

Selasa, 21 Oktober 2008 15:34 WIB | Ekonomi & Bisnis | | Dibaca 512 kali

Jakarta (ANTARA News) - Pertumbuhan kredit di Indonesia pada 2009 diperkirakan membaik karena upaya Bank Indonesia (BI) melonggarnya lukuiditas perbankan dinilai cukup berhasil.

Pengamat ekonomi dari Standard Chartered Bank, Eric Sugandhi, mengatakan, berbeda dengan tahun ini, likuiditas perbankan 2009 akan melonggar sehingga kredit perbankan bakal membaik.

Di Jakarta Selasa Eric mengatakan, BI telah membuat Perpu baru yang menjamin perbankan untuk memperoleh dana jangka pendek, dan segera menurunkan BI Rate secara perlahan-lahan.

Selain itu, BI juga telah menurunkan Repo Rate yang semula mencapai 300 basis poin di atas bunga BI Rate (9,5 persen) turun menjadi 100 basis poin di atas bunga BI Rate.

"Dengan melonggarnya likuiditas itu, maka akan mendorong rupiah yang selama ini merosot kembali menguat," ujarnya.

Penurunan BI Rate, lanjut Eric, akan menekan suku bunga perbankan yang semula tinggi kembali menurun sehingga mendorong nasabah yang semula menahan diri akan kembali mengajukan kreditnya.

Ditanya mengenai pemilihan umum (pemilu) 2009 menurut Eric tidak menjadi masalah, pertumbuhan ekonomi akan tetap berjalan dengan baik bahkan posisi rupiah juga terus menguat.

"Kami optimis tahun depan pertumbuhan akan berjalan dengan lebih, meski pemerintah telah merubah asumsi makro ekonomi 2009," ucapnya.

Selain itu, menurut dia, dukungan dari sejumlah bank sentral seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Eropa, akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi global yang pada gilirannya akan memberikan nilai positif terhadap pertumbuhan ekonomi Asia khususnya Indonesia.

Bank-bank sentral AS, Inggris dan Eropa bersama menyuntik dana ke pasar untuk mengurangi likuiditas pasar yang ketat, akibat kasus kredit bermasalah sektor perumahan AS yang melanda berbagai pasar terutama. Eropa dan kawasan Asia.

Sementara itu, rupiah pada tahun ini masih tertekan bahkan bisa mencapai angka 10.000 per dolar AS yang saat ini mencapai 9.825 per dolar AS, karena kekhawatiran pelaku terhadap krisis keuangan global yang masih terjadi.(*)
Perbankan Indonesia th 2009

Stress Test: Perbankan Indonesia Sehat

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Aktivitas kliring di Bank Indonesia, Jakarta.

Artikel Terkait:

Jumat, 24 April 2009 | 14:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) kembali mengembuskan harapan baik. Meski sudah menutup dua bank sejak awal tahun ini, BI mengklaim industri perbankan Indonesia masih sehat walafiat melawan krisis global.

Kesimpulan ini muncul dari hasil uji ketahanan atau stress test perbankan pada triwulan I-2009. Deputi Gubernur Senior BI Miranda Swaray Goeltom menegaskan, "Stress test ini sedikit lebih keras mempertimbangkan fluktuasi rupiah. Hasilnya, perbankan kita cukup baik," ujar Miranda.

BI mengujikan dua indikator dalam tes ini. Pertama, seberapa besar pengaruh kondisi makro ekonomi seperti inflasi, suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi, dapat mempengaruhi perbankan. Sedangkan faktor kedua adalah faktor mikro seperti risiko kredit, risiko likuiditas, maupun nilai tukar rupiah.

"Stress test memakai asumsi nilai tukar rupiah yang jauh lebih buruk dengan asumsi pertumbuhan ekonomi hanya 3,5 persen," jelas Miranda. Hasilnya, perbankan kita bertahan dengan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) rata-rata 17 persen.

Indikator lain dalam stress test adalah tingkat inflasi tahunan yang menurut perkiraan BI akan terus melandai dari posisi per Maret 2009 sebesar 7,92 persen. Dus, peluang penurunan BI Rate terbuka lagi.

Analis perbankan Mirza Adityaswara juga sepakat perbankan Indonesia saat ini jauh lebih kuat dibandingkan dengan situasi 1997-1998.

Selain itu, likuiditas di pasar uang antarbank saat ini juga mulai membaik. Sementara tingkat suku bunga simpanan sedikit menurun. Maka kita bisa berharap bunga kredit segera turun dan kredit mengalir lancar. Sebab, percuma juga punya perbankan yang sehat tapi tak mau menyalurkan kredit. (Dyah Megasari/Kontan)

Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com

http://www.antara.co.id

http://www.bi.go.id

Wednesday, November 11, 2009

Perbankan Indonesia th 2009

Stress Test: Perbankan Indonesia Sehat
Jumat, 24 April 2009 | 14:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) kembali mengembuskan harapan baik. Meski sudah menutup dua bank sejak awal tahun ini, BI mengklaim industri perbankan Indonesia masih sehat walafiat melawan krisis global.

Kesimpulan ini muncul dari hasil uji ketahanan atau stress test perbankan pada triwulan I-2009. Deputi Gubernur Senior BI Miranda Swaray Goeltom menegaskan, "Stress test ini sedikit lebih keras mempertimbangkan fluktuasi rupiah. Hasilnya, perbankan kita cukup baik," ujar Miranda.

BI mengujikan dua indikator dalam tes ini. Pertama, seberapa besar pengaruh kondisi makro ekonomi seperti inflasi, suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi, dapat mempengaruhi perbankan. Sedangkan faktor kedua adalah faktor mikro seperti risiko kredit, risiko likuiditas, maupun nilai tukar rupiah.

"Stress test memakai asumsi nilai tukar rupiah yang jauh lebih buruk dengan asumsi pertumbuhan ekonomi hanya 3,5 persen," jelas Miranda. Hasilnya, perbankan kita bertahan dengan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) rata-rata 17 persen.

Indikator lain dalam stress test adalah tingkat inflasi tahunan yang menurut perkiraan BI akan terus melandai dari posisi per Maret 2009 sebesar 7,92 persen. Dus, peluang penurunan BI Rate terbuka lagi.

Analis perbankan Mirza Adityaswara juga sepakat perbankan Indonesia saat ini jauh lebih kuat dibandingkan dengan situasi 1997-1998.

Selain itu, likuiditas di pasar uang antarbank saat ini juga mulai membaik. Sementara tingkat suku bunga simpanan sedikit menurun. Maka kita bisa berharap bunga kredit segera turun dan kredit mengalir lancar. Sebab, percuma juga punya perbankan yang sehat tapi tak mau menyalurkan kredit. (Dyah Megasari/Kontan)

sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com