JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) kembali mengembuskan harapan baik. Meski sudah menutup dua bank sejak awal tahun ini, BI mengklaim industri perbankan Indonesia masih sehat walafiat melawan krisis global.
Kesimpulan ini muncul dari hasil uji ketahanan atau stress test perbankan pada triwulan I-2009. Deputi Gubernur Senior BI Miranda Swaray Goeltom menegaskan, "Stress test ini sedikit lebih keras mempertimbangkan fluktuasi rupiah. Hasilnya, perbankan kita cukup baik," ujar Miranda.
BI mengujikan dua indikator dalam tes ini. Pertama, seberapa besar pengaruh kondisi makro ekonomi seperti inflasi, suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi, dapat mempengaruhi perbankan. Sedangkan faktor kedua adalah faktor mikro seperti risiko kredit, risiko likuiditas, maupun nilai tukar rupiah.
"Stress test memakai asumsi nilai tukar rupiah yang jauh lebih buruk dengan asumsi pertumbuhan ekonomi hanya 3,5 persen," jelas Miranda. Hasilnya, perbankan kita bertahan dengan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) rata-rata 17 persen.
Indikator lain dalam stress test adalah tingkat inflasi tahunan yang menurut perkiraan BI akan terus melandai dari posisi per Maret 2009 sebesar 7,92 persen. Dus, peluang penurunan BI Rate terbuka lagi.
Analis perbankan Mirza Adityaswara juga sepakat perbankan Indonesia saat ini jauh lebih kuat dibandingkan dengan situasi 1997-1998.
Selain itu, likuiditas di pasar uang antarbank saat ini juga mulai membaik. Sementara tingkat suku bunga simpanan sedikit menurun. Maka kita bisa berharap bunga kredit segera turun dan kredit mengalir lancar. Sebab, percuma juga punya perbankan yang sehat tapi tak mau menyalurkan kredit. (Dyah Megasari/Kontan)
No comments:
Post a Comment